Bukti-bukti Dokumentari dan Suhuf Teks Perjanjian Baru

Dan Kitab Suci Injil

- Satu Wawancara Dengan Tokoh dan Pakar Manuskrip Kuno, Dr.Bruce M. Metzger, Ph.D.

Drs.Bruce Metzger adalah seorang tokoh dalam bidang manuskrip-manuskrip teks Kitab Suci Injil yang terkemuka dan termashyur di dunia. Beliau telah menulis dan menyunting sebanyak lima-puluh buah buku, termasuk The New Testament: Its Background, Growth and Content, The Text of the New Testament, The Canon of the New Testament, Manuscripts of the Greek Bible, Textual Commentary on the Greek New Testament, Introduction to the Apocrypha dan The Oxford Companion to the Bible. Beberapa di antaranya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman, Cina, Jepun, Korea, Malagasi dan lain-lain. Dia juga merupakan Editor Kanan dari The New Oxford Annotated Bible with Apocrypha dan Editor Umum dari lebih daripada dua puluh-lima jilid New Testament Tools and Studies.

          Pendidikan Dr.Metzger termasuk sebuah gelar Master dari Princeton Theological Seminary dan juga Master sekaligus Doktor Kehormatan dari Princeton University. Dia dianugerahkan penghargaan Doktor Kehormatan dari LIMA Institusi Tinggi dan Universitas, termasuk St.Andrews University of Scotland, University of Munster di Jerman, dan Potchefstroom University di Afrika Selatan.

          Pada tahun 1969, Dr.Metzger menyandang tugas sebagai Sarjana Residen di Tyndale House, Cambridge, Inggeris. Juga penerima biasiswa Tinggi Doktoral di Clare Hall, University Cambridge (1974) dan di Wolfson College, Oxford (1979). Hari ini, beliau diangkat sebagai Professor emeritus di Princeton Theological Seminary setelah berjaya dalam karirnya mengajar selama empat-puluh enam tahun dalam bidang Perjanjian Baru.

          Dr.Metzger adalah mantan presiden The Society for Biblical Literature, The International Society for New Testament Studies dan The North American Patristic Society. Jika anda mengamati nota-nota kaki dari buku-buku otoritatif mana-mana mengenai teks, manuskrip atau suhuf Kitab Suci Injil, kebarangkaliannya tinggi anda akan melihat Dr.Bruce Metzger dikutip dan dipetik dari masa ke semasa. Karya-karya beliau adalah bahan bacaan wajib di banyak Institusi, universitas dan Seminari-seminari di seluruh dunia. Dia sangat dihormati oleh sarjana-sarjana serta tokoh-tokoh dari berbagai bidang teologis.

SALINAN-SALINAN DARI AUTOGRAF AWALAN

 

"Saya akan bersikap jujur kepada Anda," kata saya (yang mewawancara dengan beliau) kepada Dr.Metzger.  "Ketika pertama kali saya mengetahui bahwa tidak ada lagi naskah-naskah asli Perjanjian Baru yang bertahan, saya sungguh-sungguh skeptis.  Saya pikir, kalau semua  yang kita miliki merupakan ialah salinan-salinan, bagaimana saya dapat memiliki keyakinan bahwa Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang mempunyai keserupaan apapun dengan apa yang aslinya dituliskan?  Bagaimana Anda merespons hal itu?"

          "Ini bukanlah isu yang unik mengenai Alkitab; ini adalah sebuah pertanyaan yang dapat kita tanyakan mengenai  dokumen-dokumen lain yang telah diteruskan kepada kita dari zaman purbakala," jawabnya.  "Namun kelebihan yang dimiliki Perjanjian Baru, khususnya bila dibandingkan dengan tulisan-tulisan kuno lainnya, adalah banyaknya salinan yang telah bertahan yang belum pernah terjadi sebelumnya."


          "Mengapa itu penting?" tanya saya.


          "Yah, semakin sering Anda memlilki salinan-salinan yang bersesuaian satu dengan lainnya, khususnya jike mereka muncul dari kawasan geografis yang berbeda, semakin Anda dapat melakukan perujukan silang untuk mengetahui seperti apakah dokumen aslinya.  Satu-satunya cara mereka akan bersesuaian adalah tempat di mana mereka kembali secara keturunan dalam sebuah pohon silsilah yang mewakili turunnya manuskrip-manuskrip."


          "OK," kata saya, "saya dapat melihat bahwa memiliki banyak salinan dari berbagai tempat dapat membantu.  Namun bagaimana tentang usia dokumen-dokumen itu?  Tentunya itu juga penting, bukan?"

          "Begitulah kira-kira,: jawabnya.  "Dan ini adalah hal lain yang merupakan kelebihan Perjanjian Baru.  Kita memilki salinan-salinan yang dimulai dalam waktu dua generasi dari penulisan yang asli, sedangkan dalam kasus teks-teks kuno lainnya, mungkin lima, delapan, atau sepuluh abad berlalu antara yang asli dengan salinan paling awal yang masih bertahan.

 

          "Sebagai tambahan pada manuskrip-manuskrip Yunani, kita juga memilki terjemahan-terjemahan keempat Injil ke dalam bahasa-bahasa lain pada waktu yang relatif awal - ke dalam bahasa Latin, Syam, dan Koptik Mesir.  Dan lebih daripada itu, kita memiliki apa yang dapat disebut sebagai terjemahan ke dua yang dibuat sedikit lebih lanjut, seperti terjemahan ke dalam bahasa Armenia dan Gotik.  Dan banyak lagi lainnya - Georgia, Etiopia Habsyah, banyak ragam bahasa."

 

          "Bagaimana itu dapat membantu?"

          "Karena bahkan jika kita tidak memilki manuskrip-manuskrip Yunani saat ini, dengan mengumpulkan informasi dari terjemahan-terjemahan ini dari tanggal yang relatif awal, kita sebenarnya dapat mereproduksi isi dari Perjanjian Baru.  Sebagai tambahan kepada itu, bahkan jika kita kehilangan semua manuskrip-manuskrip Yunani dan terjemahan-terjemahan awal, kita masih tetap dapat mereproduksi isi Perjanjian Baru dari banyaknya kutipan dalam penjelasan-penjelasan, khotbah-khotbah, surat-surat, Tafsir dan seterusnya dari para bapa gereja mula-mula."

 

          Meskipun itu kelihatan mengesankan sulit untuk menilai bukti ini dalam keterpisahan.  Saya memerlukan beberapa konteks untuk menghargai keunikan Perjanjian Baru dengan lebih baik.  Bagaimana, saya bertanya-tanya, bila itu dibandingkan dengan karya-karya purba terkenal lainnya?

 

SEGUNUNG MANUSKRIP

 

"Ketika Anda berbicara mengenai jumlah yang besar dari manuskrip-manuskrip," kata saya, "bagaimana itu kontras dengan kitab-kitab kuno lainnya yang secara rutin dianggap dapat dipercaya oleh para sarjana?  Misalnya, ceritakan kepada saya tentang tulisan para penulis dari kira-kira zamannya Yesus (Isa al-Masih)."

         

Telah mengantisipasi pertanyaan itu, Metzger merujuk pada beberapa catatan tulisan tangan yang ia bawa.

          "Pertimbangkan Tacitus, sejarawan Roma yang menulis Annals of Imperial Rome (Laporan-laporan Tahunan Kekaisaran Roma) sekitar tahun 116 M.." ia mengawali.  "Enam kitab pertamanya masih ada saat ini dalam hanya satu manuskrip, dan itu disalin sekitar tahun 850 M.  Kitab-kitab ke sebelas sampai ke enambelas terdapat dalam manuskrip lain bertanggal abad ke sebelas.  Kitab-kitab ke tujuh sampai ke sepuluh telah hilang.  Jadi terdapat celah yang besar antara waktu ketika Tacitus mencari informasinya dan menuliskannya dengan salinan-salinan yang masih ada.

         

"Berkenaan dengan sejarawan abad pertama Josephus, kita memilki sembilan manuskrip Yunani dari karyanya The Jewish War (Perang Yahudi), dan salinan-salinan ini dituils pada abad ke sepuluh, ke sebelas, dan ke duabelas.  Ada sebuah terjemahan Latin dari abad ke empat dan material Rusia abad pertengahan dari abad ke sebelas atau ke duabelas."


          Jumlah-jumlah itu mengejutkan.  Tidak ada yang lain kecuali benang tipis manuskrip-manuskrip tersebut yang menghubungkan karya-karya kuno ini dengan dunia modern.  "Bila dibandingkan," tanya saya, "berapa banyak manuskrip Yunani Perjanjian Baru yang masih ada saat ini?"


          Kedua mata Metzger membelalak.  "Lebih dari limaribu yang telah dikatalogkan," katanya dengan antusias, suaranya meninggi satu oktaf.

          Itu adalah segunung manuskrip dibandingkan dengan sarang semut Tacitus dan Josephus!  "Apakah itu tidak lazim dalam dunia kuno?  Apa yang akan menjadi pemenang ke duanya?" tanya saya.

          "Kuantitas material Perjanjian Baru hampir tidak terhingga dibandingkan dengan karya-karya purba lainnya," katanya.  "Setelah Perjanjian Baru, jumlah terbanyka kesaksian manuskrip adalah Iliad karya Homer, yang merupakan kitab suci orang-orang Yunani kuno.  Terdapat kurang dari 650 manuskrip Yunani tersebut saat ini.  Beberapa agak terpotong-potong dan kurang lengkap.  Manuskrip-manuskrip itu deteruskan kepada kita dari abad ke Dua dan ke Tiga Masehi dan seterusnya.  Bila Anda menganggap Homer menyusun epiknya sekitar tahun 800 S.M., Anda dapat melihat bahwa ada jurang waktu yang sangat panjang."

 

          "Sangat panjang" merupakan suatu pernyataan yang mengecilkan persoalan; itu adalah ribuan tahun!

 

          Sebenarnya tidak ada perbandingan: bukti manuskrip Perjanjian Baru adalah luar biasa bila dijajarkan dengan tulisan-tulisan purba lain yang dipuja-puja - karya-karya yang oleh para sarjana modern sama sekali tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang otentik.

          Keingin-tahuan saya tentang manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru telah memuncak, saya meminta Metzger untuk mendeskripsikan beberapa di antaranya bagi saya.

 

Katanya, "Yang paling awal adalah fragmen-fragmen dari papirus-papirus, yang merupakan suatu material tulisan yang dibuat dari tanaman papirus yang tumbuh di paya-paya Delta Sungai Nil di Mesir." Beliau bersambung: "Kini terdapat sembilan puluh-sembilan potongan fragmentari papirus yang berisi satu atau lebih bagian atau Kitab Perjanjian Baru.

          "Yang diketahui paling punya arti penting adalah The Chester Beatty Biblical Papyri (Papirus-papirus Alkitab Chester Beatty), ditemukan sekitar tahun 1930.  Dari ini semua, Beatty Biblical Papyrus (Papirus Alkitabiah Beatty) nomor satu berisi bagian-bagian keempat Injil dan kitab Kisah Para Rasul, dan itu bertanggal abad ke tiga.  Papirus nombor dua berisi bagian-bagian besar dari delapan surat Paulus, ditambah bagian-bagian dari Ibrani, bertanggal sekitar tahun 200 T.M.  Papirus nombor tiga memuat bagian yang cukup besar dari kitab Wahyu, bertanggal abad ke tiga.

          "Kelompok lain dari  manuskrip-manuskrip papirus yang penting dibeli oleh seorang bibliofil (pencinta buku) Swiss M. Martin Bodmer.  Yang paling awal dari semua ini, bertanggal sekitar tahun 200 T.M., berisi kira-kira dua-pertiga Injil Yohanes.  Papirus lain, berisi bagian-bagian dari Injil Lukas dan Yohanes, bertanggal abad ke tiga."

          Pada titik ini celah waktu di antara penulisan biografi-biografi (sirah) Saidina Isa dan manuskrip-manuskrip paling awal amat sangat kecil.  Namun manuskrip tertua apakah yang kita miliki?  Seberapa dekat dalam waktu, saya bertanya-tanya, kita dapat memperoleh tulisan-tulisan asli, yang oleh para pakar disebut "otograf"?

 

POTONGAN YANG MENGUBAH SEJARAH

"Dari seluruh Perjanjian Baru," kata saya, "apa yang merupakan bagian paling awal yang kita miliki saat ini?"

Metzger tidak perlu memikirkan jawabannya panjang lebar.  "Itu adalah sebuah fragmen dari Injil Yohanes, berisi material dari pasal delapanbelas.  Di dalamnya termuat lima ayat - tiga di satu sisi lain - dan itu berukuran kira-kira dua setengah kali tiga setengah inci," katanya.

         

"Bagaimana itu ditemukan?"

         

"Itu dibeli di Mesir seawal-awalnya tahun 1920, namun itu tersimpan tanpa diperhatikan selama bertahun-tahun di antara fragmen-fragmen papiri (bentuk jamak 'papirus') serupa.  Kemudian tahun 1934 C. H. Roberts dari Saint John's College, Oxford, menyortir papiri di The John Rylands Library di Manchester, Inggris.  Ia segera menyadari bahwa di dalamnya termuat suatu bagian dari Injil Yohanes.  Ia dapat menentukan tabggalnya berdasarkan gaya naskah tersebut."


          "Dan apa kesimpulan yang ia dapatkan?" tanya saya.  "Seberapa jauhnya itu mundur ke belakang secara waktu?"

         

"Dia menyimpulkan bahwa itu berasal dari antara tahun 100 sampai 150 T.M. Banyak paleografer (ahli tulisan kuno) terkemuka lainnya, seperti Sir Frederick Kenyon, Sir Harold Bell, Adolf Deissmann, W.H.P hatch, Ulrich Wilcken, dan lain-lainnya, telah menyetujui taksirannya.  Deissmann yakin bahawa itu mundur kembali setidaknya pada saat naik takhtanya Kaisar Hadrian, yang terjadi tahun 117 - 138 T.M., atau bahkan Kaisar Trajan, yang terjadi tahun 98 - 117 Tahun Masehi."

 

          Itu adalah penemuan yang menakjubkan.  Alasannya: para teologis Jerman yang skeptik pada abad terakhir sibuk memperdebatkan bahwa keempat injil bahkan tidak disusun sampai setidaknya tahun 160 T.M.- terlalu jauh dari peristiwa-peristiwa kehidupan Saidina Isa Al-Masih untuk dapat digunakan sebagai fakta-fakta yang histories atau bersejarah. Mereka cuba mempengaruhi banyak generasi sarjana, karena mereka mencemooh hal dapat dipercayai Suhuf-suhuf ini.

 

          "Ini tentu saja menghapuskan pendapat tersebut," saya mengulas.

          "Ya, memang benar," jawab Dr.Metzger.  "Di sini kita memiliki, pada tanggal yang sangat awal, sebuah fragmen dari sebuah salinan Injil Yohanes dari awal sampai akhir dalam sebuah komunitas di tepi Sungai Nil di Mesir, jauh dari Efesus di Asia Kecil, di mana Injil Yohanes pada mulanya telah disusun.

 

          Penemuan ini secara harafiah menulis ulang pandangan-pandangan populer sejarah, mendorong penyusunan Injil Yohanes jauh lebih dekat kepada hari-hari ketika Saidina Isa berjalan di muka bumi. 

 

 

SUATU KEKAYAAN BUKTI TIDAK TERBANDING OLEH MANA-MANA SUHUF KUNO DI DUNIA


Selain manuskrip-manuskrip papirus yang mewakili salinan-salinan Perjanjian Baru paling awal, terdapat juga salinan-salinan kuno yang dituliskan di perkamen, (“parchments”) yang dibuat dari kulit lembu sapi, domba, kambing, dan antelop.

 

          "Kita memilki apa yang disebut manuskrip-manuskrip Uncial (sejenis huruf besar bulat yang digunakan dalam manuskrip atau naskah Yunani dan Latin tahun 300 - 900 T.M.), yang dituliskan seluruhnya dalam huruf besar Yunani," Metzger menjelaskan.  "Kini kita memiliki 306 dari ini semua, beberapa bertanggal mundur seawal-awalnya abad ke tiga. 

 

Yang paling penting adalah Codex Sinaiticus, yang mengandungi KEsemua buku-buku Perjanjian baru yang lengkap dalam huruf-huruf uncial – suhuf ini berada di Muzium British, London, hari ini, dan selain dari itu dunia Kristen juga memiliki Codex Vaticanus- yang sangat mirip dengan Codex Sinaiticus, kini suhuf ini di simpan di Kota Vatican. KEDUA-DUANYA manuskrip ini bertarikh sekitar tahun 350 Tahun Masehi.

 

          "Sebuah gaya penulisan baru, lebih kursif (menyambung) sifatnya, muncul lebih kurang tahun 800 T.M.  Itu disebut minuscule (huruf lebih kecil bila dikembangkan dari uncial, digunakan dalam manuskrip abad pertengahan), dan kita mimiliki 2,856 dari ini manuskrip-manuskrip jenis ini.  Kemudian ada juga lectionaries (bagian AlKitab untuk bahan khotbah), yang berisi Kitab Suci Injil dalam rangkaian yang akan dibaca di gereja-gereja awal pada saat-saat yang tertentu selama tahun itu.  Suatu jumlah 2,403 dari ini sudah dikatalogkan.  Itu membuat seluruh manuskrip P.B. Yunani berjumlah 5,664 (lima ribu enam ratus enampuluh-empat)."

 

          Sebagai tambahan kepada dokumen-dokumen/suhuf-suhuf Yunani, kata Dr.Metzger terdapat ribuan manuskrip Perjanjian Baru kuno lainnya dalam bahasa-bahasa lain.  Ada 8,000 sampai 10,000 manuskrip Latin Vulgate, ditambah kepada jumlah 8,000 lagi yang ada dalam bahasa Etiopia, Slavik dan Armenia.  Secara keseluruhan, terdapat sekitar 24,000 manuskrip purba kandungan Perjanjian Baru yang ada.

 

          "Bagaimana pendapat Anda kalau begitu?" tanya saya, ingin mengesahkan secara jelas apa yang saya memperdebatkan dalam hati.  Dr.Metzger sendiri berkata, "Dalam hal-hal banyaknya mansukrip dan jurang waktu antara  manuskrip-manuskrip yang asli dan salinan-salinan pertama kita, bagaimana Perjanjian Baru dibandingkan dengan karya-karya purba terkenal lainnya?"

          "Amat sangat baik," jawabnya.  "Kita dapat memiliki keyakinan besar dalam ketepatan penyalinan dengan apa material ini telah diteruskan kepada kita, khususnya dibandingkan dengan karya literatur kuno lainnya."

          Kesimpulan itu dibagikan oleh sarjana-sarjana terkenal ke seluruh dunia.  Kata almarhum F.F. Bruce, profesor terkemuka di The University of Manchester, Inggeris, dan penulis The New Testament Documents: Are They Reliable?: "Tidak ada isi bahan sastera atau suhuf kuno di dunia yang menikmati suatu kekayaaan keabsahan (kesaksian yang membenarkan) tekstual yang baik seperti Perjanjian Baru." 1

 

          Metzger telah menyebutkan nama Sir Frederick Kenyon, mantan direktur The British Museum dan penulis The Palaeography of Greek Papyri, Kenyon telah mengatakan bahwa "di dalam kasus lain mana pun tidak ada interval waktu antara penyusunan kitab dan tanggal manuskrip-manuskrip paling awal yang sedemikian pendek seperti pada Perjanjian Baru."2

 

          Kesimpulan Kenyon: "Alasan terakhir bagi keraguan apa pun bahwa kitab-kitab suci Kristen telah diteruskan kepada kita secara substansial SEBAGAIMANA MEREKA DAHULU DITULISKAN kini sudah tiada lagi."3

 

 

Makalah ini diambil daripada Buku “Pembuktian atas Kebenaran Kristus”, oleh Lee Strobel (2002), Dengan Penghargaan kami.

 

Bibliografi:

 

1        F.F. Bruce, The Book and The Parchments (Old Tappan, N.J.: Revell, 1963), 178, dikutip Josh McDowell dalam Evidence That Demands A Verdict (1972; reprint, San Bernardino, Calif.: Here's Life, 1986), 42.

 

2.                 Frederick Kenyon, Handbook to the Textual Criticism of the New Testament (New York: Maemillan, 1912), 5, kutipan dalam Ross Clifford, The Case for the Empty Tomb (Claremont, Calif.: Albatross, 1991), 33.

 

3.                 Frederick Kenyon, The Bible and Archaeology (New York: Harper, 1940), 288.

 


Indeks Utama